1. Metode
dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya Pembelajaran itu merupakan
profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia
sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan
ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.” Penerapan metode Pembelajaran
tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi Pembelajaran
bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode
itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi penghambat jalannya proses Pembelajaran,
bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya.
Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang
karakteristik suatu metode. Secara sederhana, metode Pembelajaran bahasa Arab
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode
tradisional/klasikal dan kedua, metode modern.
Metode Pembelajaran bahasa
Arab tradisional adalah metode Pembelajaran bahasa Arab yang terfokus pada
“bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar
secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek
gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun
sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan
tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan
beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia,
khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut. Hal ini
didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan Pembelajaran bahasa
arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua
kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami
teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca
lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga
kemampuan di bidang itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di
kalangan mereka”.
Metode Pembelajaran
bahasa Arab modern adalah metode Pembelajaran yang berorientasi pada tujuan
bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi
dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan
untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami
ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam Pembelajarannya
adalah metode langsung (tariiqah al - mubasysyarah). Munculnya metode ini
didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu
harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.
a. Metode Qawaid
dan Terjemah
Para pakar dan praktisi pembelajaran bahasa asing sering juga
menyebut metode ini dengan metode tradisional. Penyebutan tersebut berkaitan
dengan sebuah cerminan terhadap cara-cara dalam jaman Yunani Kuno dan Latin
dalam mengajarkan bahasa. Asumsi dasar metode ini adalah adanya ‘logika
semesta’ (universal logic) yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia, sedangkan tata bahasa adalah cabang
logika.
Metode ini ditujukan kepada peserta didik agar, (1) lebih mempu
membaca naskah berbahasa Arab atau karya sastra Arab, dan (2) memiliki nilai displin dan perkembangan intelektual.
Pembelajaran dalam metode ini didominasi dengan kegiatan membaca dan menulis.
Adapun kosakata yang dipelajari adalah kosakata dari tes bacaan, di mana
kalimat diasumsikan sebagai unit yang terkecil dalam bahasa, ketepatan
terjemahan diutamakan, dan bahasa Ibu digunakan dalam prose pembelajaran.
g. Metode Mim-Mem
(Mimicry-Memorization Method)
Istilah mim-mem
bearasal dari singkatan mimicray (meniru) dan memorizattion (menghapal),
yaitu sebuah proses mengingat sesuatu dengan menggunakan kekuatan memori.
Metode yang juga sering disebut informant-drill method dalam
penggunaannya sering menekankan latihan-latihan baik dilakukan oleh selain
pengajar, juga oleh seorang informan penutur asli (native informant).
Kegiatan
belajar berupa demontrasi dan latihan (drill) gramatika dan struktur kalimat,
teknik pengucapan, dan penggunaan kosakata dengan mengikuti atau menirukan guru
dan informan penutur asli. Pada saat melakukan drilling, native informant
bertindak sebagai seorang drill master. Ia mengucapkan beberapakalimat
sampai akhirnya peserta didik menjadi hapal. Gramatika diajarkan secara tidak
langsung melalui model-model kalimat.
j. Metode eklektik (tariqah al-intiqaiyyah)
Pendekatan
pembelajaran di atas memerlukan metode pembelajaran yang tepat. Plihan yang tepat
adalah metode eklektik, yaitu metode gabungan yang mengambil aspek-aspek
positifnya baik dari keterampilan maupun pengetahuan bahasa, sehingga mencapai
tujuaan dan hasil pembelajaran yang maksimal. Metode eklektif dimaksud mencakup
metode percakapan,membaca, latihan, dan tugas.
2 komentar:
mantap
aiwa subhanallah yanpa'u jidan
Posting Komentar